Pastor Katolik Belanda Lakukan Pelecehan Seksual di Gereja
DI TENGAH skandal pelecehan seksual di
negara-negara tetangga dan di Amerika Serikat, Gereja Katolik-Roma di
Belanda tenang-tenang saja. Padahal mereka juga bersalah.
Hasil penelitian radio Nederland dan NRC
Handelsblad: pastor-pastor Belanda juga melakukan pelecehan seksual
pada bocah laki-laki.
“Kau kotor, kau salah. Kau telah
melakukan sesuatu yang dilarang.”
“Saya tahu pastor itu bersalah dan ia akan mendapat balasannya. Ya, saya
tahu itu.”
Dua korban pelecehan seksual di gereja
Katolik-Roma di Belanda. Keduanya dilecehkan oleh pastor-pastor dari
biara yang sama: Huize Don Rua, sebuah seminari kecil di ‘s-Heerenberg,
di dekat perbatasan Jerman. Biara tersebut didirikan oleh pastor aliran
Don Bosco, anggota ordo Salesian.
Bagi Janne Geraets (57) kisah bermula
ketika ia berusia 12 tahun, pada tahun 1964. Ia tinggal di biara karena
ingin menjadi misionaris. Tengah malam ia terbaring di tempat tidur,
tenggoroknya bengkak akibat demam. Para pastor baru saja selesai
berpesta.
“Waktu itu saya dibangunkan oleh pastor.
Ia membawa saya ke ruang perawatan. Ia bilang, ia punya obat untuk
sakit tenggorok saya. Saya diberi obat hisap, pastor berdiri di depan
saya. Tiba-tiba ia membuka celananya, menarik erat tangan saya, dan
mendorong tangan saya masuk ke dalam celananya.”
Pelecehan Seks
Besar-besaran
Janne Geraets mengaku dilecehkan selama
dua tahun oleh pastor tersebut. Menurutnya juga, ia bukan satu-satunya
korban. Setidaknya, sekitar sepuluh bocah laki-laki “punya hubungan”
dengan pastor. Banyak pastor terlibat. Bertahun-tahun lalu Geraets
meninggalkan gereja katolik.
Seorang pastor, dari seminari yang sama,
juga punya korban di luar biara. Pastor Van D. mengajar Bahasa Inggris
di sekolah menengah di Doetinchem, daerah yang tidak jauh dari biara. Ia
ikut dalam liburan musim dingin pada Desember 1970. Ketika salah satu
siswa, Leonie Bloch (16), terkilir dalam kecelakaan ski, Pastor Van D.
membopong gadis itu bersama seorang guru.
“Keduanya menyilangkan tangan, dan saya
duduk di atasnya. Saya tidak tahu bagaimana pastor itu bisa
melakukannya, tapi ia memasukkan tangannya ke celana saya, ke celana
dalam saya. Dengan sangat mudah. Maksud saya, ia sama sekali tidak ragu.
Seolah ia sudah sering melakukannya. Tapi saya tidak tahu itu.”
Waktu itu Leonie tidak berani mengatakan
apa pun pada siapa pun. Bertahun-tahun kemudian ia baru berani
menceritakan hal itu pada orangtuanya.
Dari dua mantan pejabat ordo Salesian
Belanda -seorang sejarawan dan seorang mantan kepala biara- Radio
Nederland dan NRC Handelsblad mendapat pernyataan bahwa pelecehan
seksual dibicarakan di dalam ordo. Pada reuni mantan siswa seminari,
kepala provinsial (pejabat tertinggi dalam sebuah ordo) menyatakan
penyesalannya.
Mengundurkan diri
Bungkamnya korban dalam waktu lama, seperti yang terjadi pada Janne en
Leonie, adalah salah satu alasan mengapa skala pelecehan seksual di
gereja Katolik Belanda tidak diketahui. Sayangnya, ketika seseorang
melaporkan sebuah insiden, bukan berarti hal itu akan langsung
ditindaklanjuti. Hal seperti itulah yang kita lihat di Lembaga Pengaduan
Katolik Hulp&Recht. Sekitar 300 laporan pelecehan seksual masuk
sejak lembaga ini didirikan pada 1995. Dua tahun lalu, komisi yang
menangani pengaduan tersebut mengundurkan diri. Mereka tidak puas atas
sikap uskup Belanda menghadapi kasus pelecehan seksual.
“Kami tadinya berharap, laporan ini akan
diperhatikan oleh para uskup. Kebijakan akan muncul untuk mengatasi hal
ini. Tindakan pro-aktif. Tapi sering kali, laporan malah sia-sia dan
kami cuma bisa berharap kalau laporan yang kami berikan akan ditangani
dengan baik,” kata Yvo van Kuijck, ketua komisi yang mengundurkan diri.
Prosedur Berbelit
Van Kuijck menyatakan, karena khawatir dituntut, para uskup sering
mengutip aturan-aturan yuridis yang menakutkan korban. Para uskup
sebenarnya tidak tahu bagaimana mereka harus menghadapi korban, atau apa
yang harus dilakukan jika mereka diseret ke pengadilan. Pada banyak
kasus, pendeta yang melakukan pelecehan biasanya dipindahkan ke paroki
lain. Di tempat baru mereka bisa kembali “beroperasi”. Ketika komisi
pengaduan mengkritik atau memberikan saran, para uskup acuh tak acuh,
kata Van Kuijck.
Masalah Lama
Salah satu pengajar di biara Don Rua di ‘s-Heerenberg pada periode saat
Janne Geraets dilecehkan, adalah uskup Ad van Luyn (74). Pada tahun
70-an ia menjabat sebagai kepala provinsial ordo Salesian – jabatan
tertinggi dalam ordo. Sekarang ia adalah uskup Rotterdam dan sejak 2008
menjabat sebagai Kepala Konferensi Uskup Belanda.
Uskup Van Luyn tak mau berbicara
mengenai “masalah lama”. Lewat juru bicaranya ia memberitahu bahwa
“hal-hal yang berkaitan dengan jemaat berada di bawah tanggung jawab
pengurus saat ini, bahkan jika mereka berhubungan dengan pengurus lama.”
Pastor Herman Spronck, yang sekarang
adalah pejabat Salesian tertinggi di Belanda, mengaku tidak mengetahui
pelecehan seksual di ‘s-Heerenberg. Ia tidak menentang penelitian yang
mungkin akan dilakukan, ia juga menekankan bahwa pelecehan seksual tidak
sesuai dengan sumpah yang telah dibuat oleh pastor-pastor Don Bosco.
“Di Don Bosco kesucian remaja adalah titik teratas dalam sistem
pendidikan.” [zak/rnw]
0 komentar:
Posting Komentar